Selasa, 27 Januari 2015
Bahaya Berbicara Agama Tanpa Ilmu
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Bismillah...
Ibnul Qayyim mengatakan, “Allah subhanahu wa ta’ala telah mengharamkan berbicara tentang-Nya tanpa dasar ilmu baik dalam fatwa dan memberi keputusan. Allah menjadikan perbuatan ini sebagai keharaman paling besar bahkan Dia menjadikannya sebagai tingkatan dosa paling tinggi.”
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ إنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui“.” (QS. Al A’rof: 33)”
Ibnul Qayyim -rahimahullah- ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan, “Allah mengurutkan keharaman menjadi empat tingkatan. Allah memulai dengan menyebutkan tingkatan dosa yang lebih ringan yaitu al fawaahisy (perbuatan keji). Kemudian Allah menyebutkan keharaman yang lebih dari itu, yaitu melanggar hak manusia tanpa jalan yang benar. Kemudian Allah beralih lagi menyebutkan dosa yang lebih besar lagi yaitu berbuat syirik kepada Allah. Lalu terakhir Allah menyebutkan dosa yang lebih besar dari itu semua yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu ini mencakup berbicara tentang nama dan shifat Allah, perbuatan-Nya, agama dan syari’at-Nya.”
Karena orang yang berbicara tanpa Ilmu sama saja dengan dia membuka pintu pintu dosa lainnya yang bisa menjerumuskan ia dalam kesesatan bahkan kekafiran tanpa dia sadari krn dia mengira apa yang dia katakan itu benar,Dan jika ia mengajak orang lain untuk berpikir atau berbuat seperti yang ia lakukan maka jadilah amalan dosa jariyah yaitu dosa yang berjalan terus menerus walaupun dia sudah meninggal.
Ketika anda membicarakan pekara agama,maka yg anda bicarakan itu adalah firman Allah Ta 'ala dan sabda atau sunnah Rasul -Nya,apabila anda menemui orang yang membicarakan pekara agama,tp tidak dengan membawa firman Allah dan sabda Rasulullah maka tidak ada fadhilah bagi anda menanggapi apa yang ia ucapkan.
Wallahu a'lam
Wassalamualaikum warrahmatullahu wabarakatuh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar